- Perkuat Sentra Industri Garam, KKP Tanam Mangrove 600 Hektare di Rote Ndao
- Operasi Pengamanan Terpadu Nataru 2025/2026, Armada TNI AL Amankan Jalur Perairan Terpadat
- Tegakkan Kedaulatan di Ambalat, KRI Badik-623 dan KRI Pulau Rimau-724 Unjuk Kekuatan di Perbatasan
- Antusiame Masyarakat Tinggi, Kuota Diskon Tiket Kapal Pelni Tinggal 32 Persen
- Pers Harus Tegakkan Pilar Demokrasi dan Kemanusiaan di Tengah Disrupsi Teknologi
- 200 Wartawan Bakal Ikuti Retret di Akmil Magelang, Digodok Bela Negara
- Dukungan Logistik Udara TNI AL, Bantuan Bencana Diterbangkan ke Aceh
- Target Rp500 Miliar, Realisasi PNBP Pemanfaatan Ruang Laut Meroket Raih Rp775 Miliar
- Nelayan Purworejo Tak Sabar Menanti KNMP, Optimistis Bisa Sejahterakan Desa
- Diresmikan Kasal di Italia, KRI Prabu Siliwangi-321 Kapal Tercanggih Perkuat Maritim Indonesia
Perkuat Sentra Industri Garam, KKP Tanam Mangrove 600 Hektare di Rote Ndao

Keterangan Gambar : Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar kegiatan penanaman mangrove di kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN), Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Foto: KKP
Indonesiamaritimenews.com (IMN), JAKARTA: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar kegiatan penanaman mangrove di kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN), Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Penanaman mangrove dilaksanakan di wilayah pesisir sekitar kawasan K-SIGN dengan melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat setempat. Inisiatif ini dirancang sebagai langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pesisir, menekan risiko abrasi, dan menjaga fungsi ekologis wilayah pantai di tengah percepatan pembangunan Proyek Strategis Nasional.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, Koswara menjelaskan pembangunan kawasan sentra industri garam di Rote Ndao harus berjalan seimbang dengan upaya menjaga lingkungan. "Kita membangun industri, tetapi pada saat yang sama memastikan ekosistem pesisir tetap terlindungi dan berfungsi dengan baik,” ujar Koswara dalam siaran resmi di Jakarta, Kamis (25/12/2025).
Ia menjelaskan, KKP telah menyiapkan rencana penanaman mangrove dalam skala besar dengan target mencapai sekitar 600 hektare, bergantung pada ketersediaan lahan yang dapat direhabilitasi. Program ini dirancang sebagai agenda jangka menengah dan panjang yang akan terus dilaksanakan hingga tahun 2027 seiring dengan penyelesaian pembangunan K-SIGN.
Pada tahap awal, KKP telah memulai penanaman mangrove seluas sekitar 22 hektare dan akan terus memperluas cakupan rehabilitasi pada tahun-tahun berikutnya. Penanaman lanjutan direncanakan dimulai kembali pada tahun depan dengan melibatkan masyarakat lokal dalam penyediaan bibit mangrove.
Dorong Ekonomi Lokal
Baca Lainnya :
- Target Rp500 Miliar, Realisasi PNBP Pemanfaatan Ruang Laut Meroket Raih Rp775 Miliar0
- Nelayan Purworejo Tak Sabar Menanti KNMP, Optimistis Bisa Sejahterakan Desa0
- Lagi, 35 Kampung Nelayan Merah Putih Tahap 2 Dibangun KKP di Pesisir Indonesia0
- Kabar Gembira bagi Petambak, KKP Distribusikan Pupuk Bersubsidi Sektor Perikanan Awal 20260
- KKP-Polri Turunkan Pasukan Gegana Brimob Awasi Produk Ikan, Ada Apa ?0
Pelibatan masyarakat dalam penyediaan bibit dan kegiatan penanaman mangrove tidak hanya mendukung keberhasilan rehabilitasi ekosistem, tetapi juga membuka peluang peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Kegiatan ini diharapkan mampu mendorong ekonomi lokal sekaligus memperkuat rasa kepemilikan masyarakat terhadap kawasan pesisir.
Sementara itu, Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk, menyambut baik langkah KKP dalam mengintegrasikan pembangunan industri garam dengan perlindungan lingkungan. Ia menilai kehadiran K-SIGN memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah sekaligus mendorong pembangunan infrastruktur pendukung di wilayah Rote Ndao.
“Proyek ini bukan hanya soal industri garam, tetapi juga tentang masa depan ekonomi dan lingkungan Rote Ndao. Mangrove memiliki manfaat yang sangat besar, mulai dari menahan abrasi, menjadi habitat biota laut, hingga mendukung keberlanjutan kehidupan masyarakat pesisir,” ujar Paulus Henuk.
Keberadaan mangrove menueut Paulus juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat, seperti peningkatan hasil perikanan dan potensi pemanfaatan jasa lingkungan, termasuk skema karbon di masa depan.
Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang menekankan pentingnya penerapan ekonomi biru melalui pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang berkelanjutan, berkeadilan, dan ramah lingkungan, sebagai fondasi penguatan ketahanan pangan nasional serta peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. (Arry/Mar)











