- Presiden Prabowo Tinjau Kapal Perang Terbesar Australia HMAS Canberra Didampingi PM Albanese
- Mau Ekspor Rajungan ke Amerika Serikat Tidak Sembarangan, KKP Terbitkan Juknis
- Lestarikan Ekosistem Laut, IPC TPK Tanam Terumbu Karang Sejak 2017
- Hari Pahlawan, Prajurit KRI Tanjung Kambani-971 Kirim Doa dan Khataman Alquran
- Kasal Pimpin Upacara Hari Pahlawan di Atas KRI Brawijaya-320, Tabur Bunga di Teluk Jakarta
- Genjot SDM Perikanan Tangkap Berkelanjutan, KKP Gandeng AP2HI
- 10 Tokoh Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Termasuk Gus Dur, Soeharto dan Marsinah
- Presiden Prabowo Pimpin Ziarah Nasional dan Renungan Suci di TMPNU Kalibata
- P2MKP Dorong Masyarakat Kelautan Perikanan Mandiri dan Inovatif
- Harmoni Dayung Serempak, Dragon Boat Race 2025 Kodaeral XII Meriah
Menteri Trenggono Boyong Raffi Ahmad dan Ariel Cs Tinjau Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang

Keterangan Gambar : Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono mengajak selebritas Raffi Ahmad, Ariel, Gading Martin dan Desta meninjau Budidaya Ikan Nila Salin (BINS) di Karawang, Jabar. Foto: KKP
Indonesiamaritimenews.com (IMN), KARAWANG: Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono punya cara dalam menarik minat anak muda mengelola perikanan. Dia mangajak sejumlah publik figur melihat langsung inovasi budidaya ikan nila salin di lokasi modeling BINS Karawang, Jabar.
Trenggono memboyong Raffi Ahmad bersama rekan-rekannya di kelompok The Dudas-1, yakni Ariel Noah, Gading Marten, dan Desta, ikut meninjau sistem tambak modern yang dikembangkan KKP pada Sabtu (2/11/2025). Ia juga meninjau instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) dan sistem intake air laut dan tawar yang digunakan untuk menjaga kualitas air di tambak.
Menteri Trenggono menjelaskan bahwa proyek Budidaya Ikan Nila Salin (BINS) menjadi bagian dari langkah nyata KKP untuk mengembangkan dan merevitalisasi tambak tradisional menjadi tambak modern berorientasi ekspor.
Baca Lainnya :
- Tak Berizin, Proyek Pembangunan Terminal Khusus di Sorong Distop KKP0
- Dongkrak Ekonomi Masyarakat Pesisir, KKP-Baznas Kembangkan Budidaya Ikan Laut di Kepulauan Seribu0
- KKP Tancap Gas Perkuat Program Stratnas Sektor Perikanan Budidaya0
- Wah... Kodaeral VI Panen Rumput Laut di Punaga Takalar0
- Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, KKP Selamatkan Potensi Kerugian Negara Rp6,79 T0
"Melalui pembangunan modeling nila salin di Karawang kami ingin menjadikan daerah ini contoh nyata penerapan ekonomi biru, yaitu pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan, inklusif, dan berkelanjutan,” jelas Trenggono.
Program ini menurut Trenggono dapat membuka lapangan kerja baru dan menjadi peluang bagi generasi muda untuk ikut mengembangkan budidaya perikanan modern.
Karawang dipilih sebagai lokasi percontohan karena memiliki lahan tambak potensial yang belum dioptimalkan. Melalui BINS, lahan-lahan idle tersebut diubah menjadi tambak nila salin efisien dan ramah lingkungan.
"Budidaya ikan bukan hanya tentang produksi, tetapi juga masa depan pangan nasional, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan. Dengan teknologi yang tepat, tambak dapat menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan,” kata Trenggono," tegasnya.
Tarik Minat Generasi Muda
Trenggono berharap keterlibatan para figur publik seperti Raffi, Ariel, Gading, dan Desta dapat menarik minat generasi muda terhadap ekonomi biru serta budidaya ikan modern. Cara-cara kreatif menurut Trenggono sangat efektif untuk menggugah minat masyarakat terhadap sektor perikanan.
Sebagai catatan, BINS Karawang dibangun di atas lahan seluas 230 hektare yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung seperti intake air laut dan tawar, instalasi pengolahan air limbah (IPAL), area pembesaran, serta fasilitas kawasan terpadu.
Melalui sistem pengelolaan terintegrasi, produktivitas tambak ditargetkan mencapai 84 ton per hektare per tahun dengan total produksi hingga 11.150 ton per tahun. Proyek ini juga diproyeksikan membuka lapangan kerja baru bagi sekitar 500 orang.
Sementara itu Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu menambahkan BINS Karawang dirancang menggunakan teknologi modern agar hasil panen meningkat signifikan.
“Dari produktivitas yang sebelumnya sekitar 0,6 ton per hektare per siklus, kini bisa mencapai hingga 80 ton per hektare per siklus,” jelas pria yang akrab disapa Tebe ini.
Peningkatan tersebut tidak hanya berdampak pada volume produksi dan ekspor, tetapi juga membuka lapangan kerja serta memperkuat ekonomi daerah melalui aktivitas pendukung seperti logistik, pakan, dan pengolahan hasil ikan.
Dijelaskan Tebe, ikan nila salin yang masuk dalam jenis tilapia itu dipilih karena mampu hidup di air payau dengan kadar garam hingga 20 ppt. Ikan ini juga memiliki pertumbuhan cepat, tahan terhadap penyakit, dan memiliki pasar yang luas baik di lokal maupun luar negeri.
KKP mencatat, permintaan global ikan tilapia mencapai 7,84 juta ton pada 2024 dan diproyeksikan meningkat menjadi 8,9 juta ton pada 2030. Di dalam negeri, permintaan juga terus meningkat dan diperkirakan menembus 2,36 juta ton pada 2030.
Raffi Kagum
Raffi Ahmad mengaku kagum dengan inovasi budidaya nila salin yang dikembangkan KKP. Menurutnya, program ini bukan hanya menghadirkan sumber protein hewani berkualitas, tapi juga membuka lapangan kerja baru.
“KKP luar biasa. Program seperti ini bisa membuka peluang ekonomi dan sekaligus menyehatkan masyarakat, karena menyediakan sumber protein hewani yang sehat dan bergizi,” tandas Raffi. (Arry/Mar)











