- Kurir Sabu Jaringan Internasional Dibekuk TNI AL di Pelabuhan Rakyat Sagulung
- TNI AL Kembali Dipercaya Pimpin ADVANCE Maneuvering Exercise MTF di Laut Mediterania
- Tegaskan Anti Gratifikasi, IPC Terminal Petikemas Gelar Pelatihan SMAP ISO
- Ekspor Komoditas Lampung Meningkat, IPC TPK Panjang Pilihan Strategis Shipping Line
- Kasal Bertemu Sejumlah Pejabat Jepang, Perkuat Kerja Sama Bilateral
- KRI Belati-622, Kapal Cepat Rudal Buatan Anak Bangsa Perkuat TNI AL
- Program Pelindo Mengajar, Siswa SMA 14 Makassar Antusias Dapat Ilmu Soal Dunia Pelabuhan
- Pelindo Regional 4 Santuni 1.150 Anak Yatim
- Pelindo Sukseskan MotoGP Mandalika 2025 Pastikan Pelabuhan Lembar Lancar, Aman dan Efisien
- Dirpamobvit Baharkam Polri Cek Kesiapan Pengamanan Jelang MotoGP di Lombok Tengah
Genjot Produksi Udang Nasional, KKP Sokong Usaha Pembenihan Swasta

Keterangan Gambar : Dirjen Perikanan Budi Daya, TB Haeru Rahayu meninjau usaha pembenihan udang. Foto: KKP
Indonesiamaritimenews.com (IMN), JAKARTA: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendukung penuh pengembangan hatchery pembenihan udang oleh swasta, seperti di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Dirjen Perikanan Budi Daya, TB Haeru Rahayu mengatakan pembenihan berkualitas berperan besar mendukung produktivitas udang nasional dari sisi hasil panen maupun daya saing.
“Kehadiran Post Larva Haji Agus (PLHA) tidak hanya menjawab kebutuhan benih bermutu, tetapi juga membuka lapangan kerja dan memberi manfaat bagi masyarakat lokal. Ini baik sekali untuk mendukung industri udang kita,” ujar TB Haeru Rahayu dalam siaran resmi di Jakarta, Minggu (21/9/2025).
Baca Lainnya :
- Launching Rumpon Dasar di Teluk Palu, Komitmen TNI AL Bantu Masyarakat Nelayan0
- PFSO dan CSO Garda Terdepan Jaga Keamanan Maritim0
- Kapal Pengawas Milik KKP Dibakar Massa, Ini Kronologi Penyebabnya0
- Kapal Pengawas Milik KKP Dibakar Massa, Ini Kronologi Penyebabnya0
- Kapal Nelayan Bawa 5 ABK Mati Mesin, Ditemukan Tentera Laut Diraja Malaysia, Diselamatkan TNI AL0
Menurutnya, peningkatan investasi hatchery, dukungan teknologi ramah lingkungan, serta solidnya kolaborasi pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha, dapat memperkuat posisi di Indonesia di pasar udang global yang nilainya mencapai USD 64,9 miliar tahun lalu. Nilai tersebut diproyeksi terus melonjak menjadi USD 140,4 miliar pada 2034.
Saat ini Indonesia berada di peringkat kelima produsen udang dunia setelah Tiongkok, Vietnam, Ekuador, dan India. Pasar utama ekspor Indonesia adalah Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Tiongkok.
“Negara-negara pembeli kini sangat ketat dalam menilai mutu dan ketertelusuran produk. Karena itu, benih yang bermutu menjadi kunci menghasilkan udang berkualitas dan kompetitif di pasar global,” lanjut Tebe, sapaan TB Haeru.
Pemilik PLHA, Agus, mengungkapkan pembangunan hatchery didorong banyaknya permintaan benih udang. Menurutnya, hatchery ini bukan sekadar tempat produksi, tetapi simbol meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja, penyediaan benur andal dan berkualitas secara konsisten.
PLHA telah merekrut lebih dari 60% tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal. Selain fokus pada peningkatan produksi benih udang berkualitas, PLHA berkomitmen memperhatikan aspek lingkungan melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Benih dari Induk Nusa Dewa
Selain PLHA, di Lampung terdapat hatchery swasta lain seperti milik Uus yang berlokasi di Kalianda, Lampung Selatan. Dia mengungkapkan, keberhasilan usaha pembenihan berkat induk Udang Nusa Dewa hasil inovasi Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya, Balai Produksi Induk Udang Unggul Dan Kekerangan (BPIUUK) Karangasem.
Hatchery yang dikelolanya mampu memproduksi hingga 90 juta ekor nauplii udang Nusa Dewa per bulan. Hasil itu untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga Aceh, bahkan sampai Singapura. Benih udang Nusa Dewa memiliki daya tahan tinggi dan pertumbuhan cepat, sehingga diminati pasar.
“Pembeli dari Singapura menyampaikan kepuasan atas kualitas benih udang Nusa Dewa. Tingkat keaktifannya mencapai 90 persen. Bahkan ketika dibandingkan dengan benur dari Vietnam dan India, hasilnya tetap lebih unggul karena pertumbuhannya lebih rata dan stabil,” ungkap Uus.
Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI), Andi Tamsil mengakui peluang besar usaha benih lantaran kebutuhan udang dunia terus meningkat. Sebagai contoh, Tiongkok membutuhkan sekitar 3 juta ton udang per tahun, tetapi hanya mampu memproduksi 2 juta ton. Selisih 1 juta ton harus dipenuhi dari impor.
“Penerapan cara budidaya yang baik harus terus dilakukan agar usaha berkelanjutan. Seperti penggunaan input produksi yang terdaftar dan penerapan IPAL. Karena negara-negara pembeli kini semakin selektif, sehingga aspek ketertelusuran asal usul udang menjadi sangat penting,” tegasnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah menekankan pentingnya peningkatan produksi dan kualitas hasil perikanan melalui penerapan program ekonomi biru. Strategi ini dinilai mampu memperkuat daya saing produk kelautan dan perikanan Indonesia di tingkat global. (Arry/Oryza)
