- KRI Bung Hatta-370 dan KRI Panah-626 Amankan Kapal Tanker Terobos Masuk Imdonesia
- Pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih di Bantul, KKP Bekali Warga Literasi Keuangan
- Buruan Pesan, Libur Nataru 2025-2026 Tiket Kapal PELNI Semua Rute Didiskon
- Nataru 2025-2026 Lintasan Telaga Punggur-Tanjung Uban Diprediksi Naik 15%, Ini Kesiapan ASDP
- PWI dan Kemenkop Siap Bersinergi Bangkitkan Ekonomi Rakyat Lewat Koperasi
- Presiden Resmikan 2 Jembatan, 2 Underpass, 1 Flyover: Perkuat Konektivitas Jalur Logistik
- Forum APFITA 2025, KKP Gaungkan Program Strategis Perikanan Berbasis Teknologi
- Prajurit TNI AL Siap Tempur, Siaga Tanggulangi Kejahatan di Lautan
- Perkuat Keselamatan Pelayaran, Kemenhub Kukuhkan 72 Orang Marine Inspector
- National Marpolex 2025, Ratusan Personel dan 26 Kapal Siaga Hadapi Pencemaran Laut
Indonesia-Tiongkok Perkuat Kerja Sama Pengelolaan Harta Karun Warisan Maritim Bawah Laut

Keterangan Gambar : Direktur Sumber Daya Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Frista Yorhanita (kanan). Foto: KKP
Indonesiamaritimenews.com (IMN), JAKARTA: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat kolaborasi antara Indonesia dan Tiongkok dalam pengelolaan benda muatan kapal tenggelam (BMKT) dan pemanfaatan teknologi inovatif untuk konservasi warisan maritim bawah laut.
Delegasi KKP baru-baru ini melakukan kunjungan resmi ke Tiongkok atas undangan Hainan Provincial Institute of Cultural Relics and Archaeology, dengan agenda utama mengunjungi berbagai proyek arkeologi bawah air di Yangjiang (Guangdong), Shanghai, dan Sanya (Hainan).
Delegasi KKP meninjau situs-situs penting seperti Kapal Karam Nanhai No. I dan Kapal Kuno Muara Sungai Yangtze No. II, yang menjadi bukti kemajuan penelitian bawah air Tiongkok.
Direktur Sumber Daya Kelautan, Frista Yorhanita mengatakan sinergi antarnegara sangat penting. "Sinergi antarnegara sangat penting untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan serta menjaga keberlanjutan ekosistem laut dunia,” ujar Frista Yorhanita dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Sabtu (15/11/2025).
Sebagian besar benda muatan kapal tenggelam (BMKT) di perairan Indonesia berasal dari Tiongkok, sekitar 90% berupa artefak keramik. Hal ini menjadi bukti historis kuat bahwa kedua bangsa telah menjalin hubungan dagang maritim berabad-abad lamanya. Temuan-temuan tersebut juga menunjukkan potensi besar untuk riset bersama dan penguatan diplomasi maritim berbasis ilmu pengetahuan.
Selain kunjungan lapangan, Frista menjadi pembicara utama (keynote speaker) dalam Hainan Free Trade Port International Science and Technology Innovation Cooperation Forum (ISTICF) & Deep-Sea Technology Innovation Conference (DSTIC), serta Underwater Archaeology and Marine Heritage Forum di Sanya, Hainan.
Peluang Ekonomi
Baca Lainnya :
- Jadi Obvitnas, Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Perkuat Pengamanan Kawasan0
- Pelindo Terminal Petikemas Bantu Pengembangan Budidaya Lobster di Ambon0
- Tingkatkan Layanan ke Nelayan, KKP Tambah Personel Syahbandar di Pelabuhan Perikanan0
- Lestarikan Ekosistem Laut, IPC TPK Tanam Terumbu Karang Sejak 20170
- Genjot SDM Perikanan Tangkap Berkelanjutan, KKP Gandeng AP2HI0
Dalam pidatonya, Frista menegaskan pentingnya inovasi teknologi untuk mengidentifikasi dan mengelola potensi sumber daya kelautan seperti energi terbarukan, bioteknologi, garam, dan benda muatan kapal tenggelam.
Frista menambahkan, kolaborasi Indonesia–Tiongkok dalam pengelolaan BMKT tidak hanya memperkuat aspek sejarah dan budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. “Kerja sama ini dapat dikembangkan dalam bidang pemanfaatan BMKT in-situ, pendidikan ekologi kelautan, dan pemberdayaan masyarakat pesisir, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,” ungkapnya.
Ia menekankan, Indonesia sedang mengembangkan sistem Ocean Big Data dan Ocean Accounting Command Center untuk meningkatkan pemantauan dan pengambilan keputusan berbasis data dalam pengelolaan sumber daya kelautan. Upaya ini menjadi bagian penting dari implementasi kebijakan ekonomi biru (Blue Economy) KKP yang meliputi perluasan kawasan konservasi laut, perikanan terukur berbasis kuota, serta pengendalian pencemaran laut.
Kunjungan ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat maritim dunia sekaligus menjalin kemitraan teknis dalam bidang warisan dan konservasi maritim bawah laut bersama Tiongkok.
"Kolaborasi ini adalah momentum penting untuk memperkuat diplomasi biru Indonesia, menjaga warisan maritim dunia, serta menciptakan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir,” ujar Frista menutup pernyataannya.
Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam mewujudkan ekonomi biru yang menyeimbangkan antara keberlanjutan ekologi dan kesejahteraan masyarakat pesisir. (Arry/Mar)











