- Tolak RUU Kesehatan, Puluhan Ribu Nakes Mulai Dokter Hingga Perawat Geruduk Gedung DPR
- TNI AL Turun Tangan, 17 Pekerja Migran Ilegal Gagal Diselundupkan ke Malaysia
- MNEK 2023 Diikuti 36 Negara Dibuka Panglima TNI, Dimeriahkan Atraksi Pesawat Tempur
- Hijaukan Area Pelabuhan, Pelindo Terminal Petikemas Tanam 55 Ribu Mangrove
- 2 Hari Terombang-ambing di Laut, Ayah dan Anak Diselamatkan KRI Malahayati-362
- Manfaatkan Forum WOAH di Prancis, Begini Cara Indonesia Promosi Perikanan
- Dukung Pemerataan Pendidikan, Kolaborasi Subholding Pelindo Selenggarakan Paket B Gratis
- KRI Teluk Hading-538 Terbakar, Evakuasi 119 Prajurit Hanya 30 Menit
- Kapal Perang RI Teluk Hading-538 Terbakar, Begini Nasib 119 Prajurit
- Mertua Tutup Usia, Puan Maharani: Terima Kasih Sudah Jadi Teladan dan Panutan Kami...
Hasil Investigasi KNKT, Ini 6 Penyebab Sriwijaya Air SJ182 Jatuh Tewaskan 62 Orang

Keterangan Gambar : Serpihan pesawat Sriwijaya Air di Pelabuhan JICT Tanjung Priok, Jakarta Utara. Foto: Property of indonesiamaritimenews.com
Indonesiamaritimenees.com ( IMN),JAKARTA ; Setelah hampir dua tahun KNKT melakukan investigasi, penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021 akhirnya terkuak.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyampaikan kesimpulan hasil investigasi insiden kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/11/2022).
Rapat tersebut dihadiri oleh Plt Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto, Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo, dan Dirut Sriwijaya Air Anthony Raimond Tampubolon.
Baca Lainnya :
- Soeharto Akan Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional Oleh Pemerintah0
- Tragedi Kanjuruhan Renggut 135 Nyawa, Komnas HAM Minta Presiden Bekukan PSSI0
- Potensi Gelombang Tinggi, Ini Wilayah Perairan Perlu Diwaspadai Selama Sepekan0
- Wapres Bertemu Presiden UEA di Abu Dhabi, Ini Keinginan Indonesia0
- Cegah Korupsi, Data Truk Terintegrasi, Pelabuhan Pontianak Terapkan STID Truk & SIMON TKBM0
Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Nurcahyo menjelaskankan setidaknya ada 6 penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 yang terjadi pada 9 Januari 2021.
"Dari investigasi ini kami KNKT menyimpulkan bahwa, pertama, tahapan perbaikan sistem auto-throttle belum mencapai bagian mekanikal. Yang kedua, karena thrust lever kanan tidak mundur seusai permintaan autopilot karena hambatan pada sistem mekanikal dan thrust lever kiri mengkompensasi dengan terus bergerak mundur sehingga terjadi asimetri," ungkap Nurcahyo.
Diuarikan Nurcahyo, keterlambatan Cruise Thrust Split Monitor (CSTM) memutus auto-throttle pada saat pesawat terjadi asimetri menjadi penyebab kecelakaan tak bisa dihindari. Sebab, flight spoiler memberikan nilai yang lebih rendah berakibat pada asimetri yang semakin besar. Setelah terjadi asimetri, harusnya CTSM bisa menonaktifkan auto-throttle.
“Namun demikian, terjadi keterlambatan CTSM pada auto-throttle sehingga asimetri menjadi terlebih dan pesawat menjadi belok ke kiri. Terlebih keterlambatan CTSM ini kami yakini karena informasi sudut dari flight spoiler lebih rendah dari yang sesungguhnya sehingga aktivasinya terlambat," tambah Nurcahyo.
Selain itu, ada complacency atau rasa percaya terhadap sistem automatisasi dan confirmation bias yang berujung berkurangnya monitor oleh pilot terhadap instrumen di pesawat.
"Berikutnya, adanya complacency terhadap kepada sistem automatisasi dan confirmation bias adanya informasi yang mendukung opini, telah berakibat dikuranginya monitor pada instrumen sehingga tidak disadari terjadi asimetri dan terjadi penyimpangan penerbangan," kata dia.
PESAWAT BERBELOK
Dijelaskan Nurcahyo, Pesawat berbelok ke kiri yang seharusnya ke kanan, sementara kemudi miring ke arah kanan dan karena kurangnya monitor menimbulkan asumsi bahwa pesawat belok ke kanan sehingga tindakan pemulihannya tidak sesuai.
Cahyo mengatakan, kesimpuloan terakhir kecelakaan tersebut tak terlepas dari belum adanya aturan panduan mengenai upset prevention and recovery training (UPRT) yang mempengaruhi proses pelatihan oleh maskapai, untuk dapat menjamin kemampuan dan pengetahuan pilot dalam mencegah dan memulihkan kondisi upset.
Kondisi upset adalah kondisi di mana pesawat mengalami posisi yang tidak diinginkan, menukak terlalu tinggi, menukik terlalu tajam atau berbelok terlalu besar. “Untuk pemulihan ini tidak bisa dilakukan secara efektif dan tepat waktu," tandas Nurcahyo.
KILAS BALIK
Catatan indonesiamaritimenews.com, pesawat Sriwijaya Air SJ182/SJY182 terbang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta menuju Bandar Udara Internasional Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, pada 9 Januari 2021. Pesawat tersebut membawa 50 penumpang dan 12 awak.
Pesawat ini adalah Boeing 737-500 yang telah berusia 26 tahun dengan kode registrasi PK-CLC (MSN 27323) buatan tahun 1994. Dalam penerbangan menuju Kalimantan Barat, baru sekitar 4 menit setelah lepas landas, insiden kecelakaan terjadi. Pesawat jatuh ke laut perairan Kepulauan Seribu. Seluruh benumpang berjumlah 62 orang, termasuk awak pesawat tewas. (Arry/ Oryza)
